Review Film: Contagion (2011)

Contagion tiba-tiba ramai diperbincangkan di tengah merebaknya wabah virus Corona. Padahal, film besutan Steven Soderbergh ini sudah dirilis cukup lama: Pada 2011 yang lalu. Salah satu sebabnya, kisah fiksi yang diangkat oleh film ini memang sangat relevan dan, bahkan, mirip dengan situasi pagebluk yang sedang kita alami.

Saat ini, penduduk di setiap negara di seluruh dunia memang sedang berjuang untuk meredam penyebaran virus Corona. Yang sangat masif itu. Well, sebenarnya, tidak semua, sih. Karena, ternyata, masih banyak manusia yang tidak peduli atau, bahkan, tidak tahu tentang bahaya wabah yang satu ini.

Berbagai upaya sedang dilakukan oleh pemerintah di setiap negara di seluruh dunia untuk menekan penyebaran novel Coronavirus, alias Covid-19. Di antaranya dengan menganjurkan kepada setiap orang untuk sering-sering cuci tangan, menggunakan masker, stay di rumah saja, working from home, dan menerapkan social distancing. Selain itu, pemerintah juga menutup pusat-pusat keramaian. Termasuk, gedung bioskop.

Salah satu tantangan terberat dalam situasi pandemi, seperti sekarang ini, adalah mencari hiburan agar tidak makin stress. Saat ini, para cinemania sudah tidak bisa lagi menyalurkan hobi nonton film di bioskop. Karena sudah banyak yang tutup. Kalaupun ada bioskop yang masih buka, nyaris tidak ada film baru yang diputar. Satu-satunya alternatif hiburan adalah menonton film-film lama secara streaming. Terutama, bagi yang sedang melakukan karantina atau mengisolasi diri di rumah.

Dan, saat ini, salah satu film lawas yang paling banyak ditonton secara streaming adalah Contagion. Bahkan, film ini sempat memuncaki iTunes Rental Charts. Salah satu sebabnya, yang sempat bikin heboh, Contagion seperti sudah meramalkan bakal terjadinya pandemi.

Tanpa bermaksud menakut-nakuti, memang ada beberapa kemiripan antara virus mematikan dalam Contagion dengan virus Corona yang sedang merebak saat ini. Yang pertama, film ini mengisahkan munculnya sebuah virus baru dari kawasan Tiongkok. Virus tersebut kemudian merebak ke seluruh penjuru dunia. Dan, akhirnya, menewaskan puluhan juta orang.

Memang, wabah virus Corona, saat ini, belum seganas wabah virus dalam Contagion. Namun, meski demikian, bila tidak ditangani dengan baik, bisa saja penyebarannya semakin luas. Lalu memakan korban semakin banyak. Amit-amit. Semoga saja tidak terjadi.

Kemiripan yang kedua, orang-orang yang terjangkit virus dalam film Contagion ini dikisahkan mengalami beberapa gejala. Seperti batuk, pilek, demam tinggi, sakit tenggorokan, susah menelan, pusing, dan sakit kepala. Lalu, setelah sekian lama, bakal mengalami kejang-kejang. Dan, akhirnya, meninggal.

Gejala-gejala dalam Contagion tadi mirip dengan gejala-gejala yang dialami oleh pasien-pasien yang terjangkit virus Corona saat ini. Kondisi mereka bisa memburuk hanya dalam hitungan hari. Namun, meski demikian, tentu saja, dengan serangkaian faktor penyerta lainnya.

Tim medis dari CDC (Pusat Pengendalian Penyakit Menular di Amerika Serikat) dan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), dalam film Contagion ini, diceritakan langsung melakukan penelitian. Dan, hasilnya, mereka menemukan fakta: Ada gen kelelawar yang bercampur dengan gen babi dalam virus tersebut. Dalam film ini, memang ditampilkan sejumlah adegan di pasar hewan dan pasar tradisional di Provinsi Guangdong, Tiongkok.

Asal-usul virus dalam Contagion tadi, tentu saja, mengingatkan kita pada fenomena virus Corona. Yang, pada awal merebaknya, sempat dikaitkan dengan kelelawar. Bahkan, pada saat itu, sempat beredar kabar, sup kelelawar, yang sering dikonsumsi oleh orang-orang di Wuhan, menjadi salah satu biang keladinya.

Hingga saat ini, memang belum ada kepastian dari mana sebenarnya virus Covid-19 berasal. Akan tetapi, meski demikian, riset masih terus dilakukan. Termasuk, usaha untuk menemukan vaksin atau obatnya.

Dalam film Contagion ini, semula, virus mematikan tadi dikisahkan menjangkiti karakter Beth Emhoff (Gwyneth Paltrow). Dan, tragisnya, hingga meninggal, Beth tidak menyadari telah terjangkit virus tersebut. Karena dia mengira hanya sakit flu biasa sepulangnya dari business trip di Hong Kong. Setelah itu, virus tersebut menyebar ke seluruh dunia. Hanya dalam hitungan hari.

Sebelum pulang ke rumahnya di Minneapolis, Beth Emhoff memang dikisahkan sempat mampir dulu di Chicago. Di sana, emak-emak jalang pembawa virus tersebut mantap-mantap dengan mantan pacarnya, yang sekaligus menjadi selingkuhannya, di hotel. Padahal, di rumahnya, ada suami dan anaknya, yang masih kecil, yang sedang menunggu kedatangannya. Bikin miris, memang.

Seperti halnya Beth Emhoff, sang selingkuhan, akhirnya, juga dikisahkan kena azab: Ia meninggal setelah tertular penyakit yang dibawa oleh Beth. Virus mematikan dalam film Contagion ini memang dikisahkan bisa menyebar lewat sentuhan. Sedikit berbeda dari virus flu dan Corona. Yang menular lewat droplet. Alias cipratan cairan dari mulut dan saluran pernafasan.

Oleh karena itu, dalam film Contagion ini, masyarakat dilarang melakukan kontak langsung dengan orang lain. Setiap orang harus menerapkan social distancing, stay at home, rajin cuci tangan, dan mengenakan masker. Sangat mirip dengan situasi yang sedang kita alami saat ini, bukan?

Hal yang menarik lainnya, film Contagion ini juga memperlihatkan Amerika Serikat memberlakukan kebijakan lockdown. Yang kemudian memicu kepanikan publik. Pasar-pasar swalayan diserbu dan dijarah oleh massa. Demonstrasi dikisahkan terjadi di mana-mana. Banyak orang berusaha untuk mendapatkan keuntungan pribadi dari situasi tersebut.

Namun, meski demikian, di sisi lain, banyak juga orang yang dikisahkan berkorban untuk mengatasi pandemi dalam film Contagion ini. Terutama, para ilmuwan dan tenaga medis. Pemerintah di seluruh dunia kemudian berkolaborasi. Hingga, akhirnya, berhasil menemukan vaksin untuk menangkal virus mematikan tersebut.

Hal lain yang juga menarik, Contagion ikut mengeksplorasi elemen internet dan media sosial. Terutama, blog dan Twitter. Padahal, waktu film ini dirilis sekitar sembilan tahun yang lalu, internet memang sudah mendunia dan media sosial sudah ada, tapi belum semasif sekarang. Kala itu, belum ada emak-emak yang hobi menyebarkan hoax di group-group WhatsApp.

Dalam film Contagion yang berdurasi 106 menit ini, memang dikisahkan, saat berbagai pihak sedang bekerja keras untuk mengatasi penyebaran virus, ada saja orang yang menyebarkan hoax dan berita palsu. Termasuk, tentang adanya obat atau vaksin untuk membasmi virus tersebut.

Salah satu tokoh jahat dalam film Contagion rilisan Warner Bros. Pictures ini memang bukan orang pemerintahan atau perusahaan obat-obatan, melainkan seorang blogger, alias influencer. Yang blog-nya dikisahkan dikunjungi oleh jutaan orang setiap harinya.

Dalam film Contagion ini, sang blogger, yang diperankan oleh Jude Law, dikisahkan terus-menerus menggaungkan adanya konspirasi. Bahkan, ia menyebarkan hoax di blog-nya: Dengan berpura-pura sakit, lalu sembuh setelah minum obat tertentu. Influencer brengsek semacam itu, saat ini, populasinya memang semakin banyak. Dan, sejatinya, jauh lebih berbahaya daripada virus itu sendiri!

Btw, saat dirilis sembilan tahun yang lalu, secara box office, sebenarnya, Contagion tidak sukses-sukses amat: Hanya mampu mengumpulkan pemasukan USD 136 juta. Padahal, film berbujet USD 60 juta ini dijubeli oleh bintang-bintang ternama. Sebut saja: Marion Cotillard, Matt Damon, Laurence Fishburne, Jude Law, Gwyneth Paltrow, Kate Winslet, Bryan Cranston, Jennifer Ehle, dll.

Namun, meski demikian, respon dari para kritikus, kala itu, cukup positif. Yang paling banyak dipuji adalah narasi Contagion yang smart. Yang membuat kita seperti menonton sebuah kisah nyata. Yang cukup mendebarkan. Yang didukung oleh penampilan ciamik para pemainnya.

Di samping itu, juga ada satu hal lagi yang membuat Contagion wajib untuk ditonton: Menurut para ilmuwan, data-data yang disajikan oleh film ini sangat akurat. Begitu pula dengan fakta-faktanya. Yang mana semuanya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Fakta lain yang juga menarik, saat diwawancarai pada 2011, saat Contagion baru saja dirilis, sutradara Steven Soderbergh sempat menyatakan: “Semua orang yang saya ajak bicara mengatakan bahwa sudah waktunya kita mengalami kejadian besar.” Yang dimaksud dengan “semua orang” oleh Soderbergh adalah para pakar kesehatan. Yang ia ajak berdiskusi saat menyiapkan filmnya dulu. Soderbergh mengaku, pendapat tersebut membuatnya sangat khawatir.

Dan, sekarang, sembilan tahun kemudian, terbukti bahwa “ramalan” tadi memang benar adanya. Para pakar tadi bukan ahli nujum. Pendapat mereka semua berdasarkan data dan fakta yang ada. Apa yang sedang terjadi pada saat ini memang sudah bisa diprediksikan sebelumnya. Karena, pada dasarnya, dunia ini memang berjalan sesuai dengan hukum sebab dan akibat. Semua bermula dari ulah manusia itu sendiri.

Ending dari Contagion menggambarkan semuanya. Yakni, tentang bagaimana virus mematikan dalam film ini bermula. Yang dikisahkan diawali oleh penggundulan hutan di Asia oleh sebuah perusahaan dari Amerika. Hal itu, akhirnya, menyebabkan pindahnya sekelompok kelelawar: Dari hutan ke dalam peternakan babi.

Seekor kelelawar, yang sedang sakit, kemudian memakan pisang, lalu menjatuhkan sebagian pisangnya ke dalam kandang babi. Seekor babi kecil kemudian memakan potongan pisang bekas kelelawar tadi. Dari situlah virus mematikan dalam Contagion dikisahkan bermula.

Si babi malang tadi kemudian dibawa ke kota. Tepatnya, ke Macau. Di sana, ia disembelih, lalu dijadikan babi guling di sebuah restoran. Seorang koki kemudian menyentuh babi tersebut dan ia tidak mencuci tangannya. Sang koki lalu bersalaman dan berfoto bareng karakter Beth Emhoff (yang diperankan oleh Gwyneth Paltrow). Yang dikisahkan sedang berkunjung ke restorannya. Dari situlah virus mematikan dalam Contagion dikisahkan menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Dari kisah yang disajikan oleh film Contagion ini, sebenarnya, kita bisa mengambil beberapa pelajaran penting untuk menghadapi pandemi Covid-19. Yang pertama, tentu saja, jangan panik. Dan jangan menyebarkan hoax. Yang kedua, tetap jaga kesehatan. Tingkatkan ketahanan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Kemudian, yang ketiga, gunakan masker, stay at home, dan terapkan social distancing. Lalu, yang terakhir, ada satu lagi pelajaran utama. Yang, seharusnya, sudah kita lakukan sejak dulu. Yaitu: Yang rajin mencuci tangan!

Jika semua hal tadi bisa kita lakukan, dengan disiplin, niscaya, pandemi Covid-19 ini bisa berakhir. Dan hidup kita bisa segera kembali normal. Termasuk, dengan dibukanya kembali bioskop-bioskop. Dan dirilisnya film-film blockbuster. Yang sudah banyak yang tertunda itu. Semoga.

***

Contagion

Sutradara: Steven Soderbergh
Produser: Michael Shamberg, Stacey Sher, Gregory Jacobs
Penulis Skenario: Scott Z. Burns
Pemeran: Marion Cotillard, Matt Damon, Laurence Fishburne, Jude Law, Gwyneth Paltrow, Kate Winslet, Bryan Cranston, Jennifer Ehle, Sanaa Lathan
Musik: Cliff Martinez
Sinematografi: Peter Andrews
Penyunting: Stephen Mirrione
Perusahaan Produksi: Participant Media, Imagenation Abu Dhabi, Double Feature Films
Distributor: Warner Bros. Pictures
Durasi: 106 menit
Negara: Amerika Serikat
Bahasa: Inggris
Genre: Drama, Thriller
Klasifikasi Usia: PG-13 (13+)
Anggaran: USD 60 juta
Tanggal Rilis: 3 September 2011 (Venice), 9 September 2011 (Amerika Serikat)

Rating (hingga 22 Maret 2020)
Rotten Tomatoes – Tomatometer: 85% (Certified Fresh)
Rotten Tomatoes – Audience Score: 63% (Fresh)
Metacritic: 70/100
IMDb: 6,7/10
Edwin Dianto (Filmania): 7/10 (B)

***

Edwin Dianto
Pekerja Teks Komersial, Baper Blogger & Writer
E-mail: edwindianto@gmail.com
Blog: edwindianto.wordpress.com
Follow Twitter & Instagram @edwindianto & @filmaniaindo untuk info film-film terbaru.

Review Film: Contagion (2011)

Leave a comment