Ulasan Film: Doctor Sleep (2019)

Kesuksesan The Shining telah menahbiskan nama Stephen Edwin King sebagai salah satu maestro horror paling terkenal di dunia. Kisah novel rilisan tahun 1977 tersebut, sebenarnya, terinspirasi dari pengalaman pribadi King. Yaitu, kunjungannya ke The Stanley Hotel pada 1974. Serta keberhasilan pengarang kelahiran 21 September 1947 tersebut sembuh dari kecanduan alkohol.

Latar belakang tokoh utama dalam novel The Shining memang mirip dengan Stephen King. Karakter utamanya, yang bernama Jack Torrance, dikisahkan sebagai seorang penulis yang sedang berusaha sembuh dari kecanduan alkohol.

Dalam novel The Shining, dikisahkan, pada suatu musim dingin, untuk mengisi waktu luangnya, Jack Torrance menerima tawaran pekerjaan untuk menjadi penjaga Overlook Hotel pada masa off-season. Hotel kuno yang megah dan historikal tersebut terletak di Rocky Mountains, Colorado, Amerika.

Untuk menemaninya dalam menjaga Overlook Hotel, yang dikisahkan sedang kosong-melompong, Jack Torrance membawa serta istrinya. Serta putranya yang bernama Danny. Bocah tersebut dikisahkan sebagai seorang anak yang memiliki kemampuan “the shining”. Alias bisa melihat makhluk-makhluk halus yang tak kasat mata. Yang dikisahkan banyak menghuni Overlook Hotel. Selain itu, ia juga mampu menerawang masa lalu kelam tempat tersebut.

Tak lama kemudian, kejadian-kejadian aneh dan misterius pun dikisahkan mulai menghantui Jack Torrance dan keluarganya. Apalagi, mereka kemudian juga terisolasi di dalam hotel. Karena sedang terjadi badai salju. Jadi, tidak memungkinkan bagi mereka untuk keluar dari ruangan. Selain itu, parahnya, Jack kemudian juga dikisahkan mulai kehilangan kewarasannya. Yang, akhirnya, mengakibatkan istri dan anaknya terancam bahaya.

Kesuksesan novel The Shining kemudian membuat Stanley Kubrick tertarik untuk mengadaptasinya. Versi film layar lebar The Shining bikinan sutradara legendaris tersebut kemudian dirilis pada 1980. Dengan mengusung aktor ternama Jack Nicholson sebagai bintang utamanya.

Seperti versi novel original-nya, film The Shining dulu juga mendapat respon positif dari para kritikus. Bahkan, disebut-sebut sebagai salah satu film horror terbaik sepanjang masa. Salah satu sebabnya karena ditunjang oleh penampilan Jack Nicholson yang sangat apik sebagai Jack Torrance.

Pada 2013, setelah lebih dari 35 tahun berlalu, akhirnya, Stephen King merilis sekuel novel The Shining. Yang ia beri judul Doctor Sleep. Novel tersebut mengisahkan tentang si bocah indigo Danny. Yang merupakan anak Jack Torrance itu.

Seperti novel pendahulunya, Doctor Sleep juga menjadi novel terlaris versi The New York Times Best Seller. Bahkan, selain itu, buku tersebut juga dinobatkan sebagai 2013 Best Novel oleh salah satu penghargaan bergengsi khusus novel-novel ber-genre horror: Bram Stoker Award.

Kesuksesan novel Doctor Sleep, akhirnya, membuat Warner Bros. Pictures tertarik untuk mengangkatnya ke layar lebar. Dengan menggandeng Mike Flanagan sebagai sutradara dan sekaligus penulis skenarionya. Serta Ewan McGregor sebagai bintang utamanya.

Seperti novelnya, film Doctor Sleep yang berdurasi dua setengah jam ini juga melanjutkan kisah film pendahulunya: The Shining. Danny Torrance (Ewan McGregor), yang dulu menyaksikan bokapnya menjadi sinting di Overlook Hotel, dikisahkan sudah dewasa. Namun, meski demikian, Danny masih saja dihantui oleh penampakan dari hotel mewah tersebut. Padahal, kejadiannya sudah berlangsung puluhan tahun sebelumnya.

Bakat indigo yang Danny Torrance miliki memang membuat hidupnya tidak tenang. Selain dihantui oleh makhluk-makhluk halus, ia juga dikisahkan mengalami trauma akan kenangan tragis pada masa kecilnya. Akibatnya, setelah dewasa, Danny pun menjadi pemabuk berat. Seperti bokapnya dulu.

Hidup Danny Torrance kemudian perlahan mulai berubah sejak ia pindah ke sebuah kota kecil di New Hampshire. Di sana, Danny dikisahkan mendapat dukungan dari teman barunya di grup Alcoholics Anonymous. Yang bernama Billy Freeman (Cliff Curtis). Selain itu, berkat bantuan hantu Dick Hallorann (Carl Lumbly), yang bisa bertelepati dengannya, Danny juga mampu menenangkan hantu-hantu yang selalu mengikutinya sejak ia turun dari Rocky Mountains dulu.

Selain berteman dengan Billy Freeman, di tempat barunya tadi, Danny Torrance juga dikisahkan bertemu dengan seorang cewek yang memiliki bakat “the shining” seperti dirinya: Abra Stone (Kyliegh Curran). Dia kemudian diburu oleh kelompok True Knot gara-gara kemampuannya tersebut.

Sekte aliran sesat True Knot yang dipimpin oleh Rose the Hat (Rebecca Ferguson) dikisahkan sudah ada selama berabad-abad. Demi umur panjang dan hidup kekal, para anggota sekte tersebut “memakan” anak-anak yang memiliki “the shining”. Dengan mengekstraksi lewat rasa takut dan sakit, lalu menghirupnya bagai uap.

Begitu menyadari Abra Stone sedang terancam bahaya besar, Danny Torrance pun dikisahkan berusaha untuk menyelamatkannya. Ia harus melawan Rose the Hat dan geng True Knot-nya. Serta sekaligus berhadapan dengan trauma masa kecilnya.

Btw, pada 1980, sutradara Stanley Kubrick memang berhasil mengadaptasi novel The Shining menjadi sebuah film horror yang ikonik. Kini, 39 tahun kemudian, Mike Flanagan menghadapi tantangan besar. Yaitu, meneruskan warisan The Shining lewat Doctor Sleep.

Tekanan yang dirasakan oleh Mike Flanagan saat menggarap Doctor Sleep memang cukup berat. Kesuksesan novel dan film The Shining, yang legendaris itu, membuat ekspektasi para fans cukup tinggi. Namun, meski demikian, tampaknya, Flanagan mampu memenuhinya.

Doctor Sleep memang tidak sebagus The Shining. Namun, meski demikian, bila dibandingkan dengan film-film adaptasi novel Stephen King lainnya, bisa dibilang, Doctor Sleep cukup bersinar. Terbukti, setelah dirilis pekan lalu, beberapa kritikus ada yang menyebut film ini sebagai film adaptasi novel Stephen King terbaik yang pernah dibuat.

Lewat Doctor Sleep, Mike Flanagan dinilai mampu menyelami karya sang Master of Horror Stephen King dengan apik. Sutradara Oculus (2013) tersebut sangat memperhatikan ciri khas Stephen King yang selalu menonjolkan rasa belas kasih dalam setiap novel horror-nya. Yaitu, belas kasih yang tak tergoyahkan. Yang mampu menyinari kegelapan yang begitu dingin yang kejam. Flanagan memahami hal itu.

Selain menyajikan cerita yang kompleks dan menarik, Doctor Sleep juga dibumbui oleh kehadiran karakter baru yang dinamis. Yaitu: Rose the Hat. Yang diperankan dengan ciamik oleh Rebecca Ferguson. Begitu muncul, sosok villain cantik tersebut langsung mencuri perhatian. Dengan keren, dia mengancam, membujuk, dan mengamuk ketika ada mangsa yang mendekat.

Di samping Rebecca Ferguson, akting Ewan McGregor dalam Doctor Sleep juga memukau. Ia mampu menampilkan karakter Danny Torrance yang sedih, terluka, dan menanggung beban berat dengan penuh penjiwaan. Karakter Danny, yang akhirnya dikisahkan berhasil mengeluarkan kekuatan dari dalam dirinya untuk mengatasi trauma masa lalunya, kemudian berpadu secara harmonis dengan karakter Abra Stone yang penuh karisma dan energi.

***

Doctor Sleep

Sutradara: Mike Flanagan
Produser: Trevor Macy, Jon Berg
Penulis Skenario: Mike Flanagan
Berdasarkan: Doctor Sleep by Stephen King
Pemain: Ewan McGregor, Rebecca Ferguson, Kyliegh Curran, Cliff Curtis
Musik: The Newton Brothers
Sinematografi: Michael Fimognari
Editing: Mike Flanagan
Produksi: Intrepid Pictures, Vertigo Entertainment
Distributor: Warner Bros. Pictures
Durasi: 151 menit
Genre: Horror, Mystery
Klasifikasi Usia: R (17+)
Budget: USD 55 juta
Rilis: 31 Oktober 2019 (Eropa), 6 November 2019 (Indonesia), 8 November 2019 (Amerika Serikat)

Rating (hingga 17 November 2019)
Rotten Tomatoes – Tomatometer: 76% (Certified Fresh)
Rotten Tomatoes – Audience Score: 89% (Fresh)
Metacritic: 60/100
CinemaScore: B+
PostTrak: 4/5
IMDb: 7,7/10
Edwin Dianto (Filmania): 7/10 (B)

***

Edwin Dianto
Pekerja Teks Komersial, Baper Blogger & Writer
E-mail: edwindianto@gmail.com
Blog: edwindianto.wordpress.com
Follow Twitter & Instagram @edwindianto & @filmaniaindo untuk info film-film terbaru.

Ulasan Film: Doctor Sleep (2019)

Leave a comment