Ulasan Film: Ford v Ferrari (2019)

Pada hari Jumat (15/11) yang lalu, Ford v Ferrari mulai tayang di bioskop-bioskop di seluruh dunia. Film biopic tentang balap mobil ini mengusung dua aktor bernama besar sebagai bintang utamanya: Matt Damon dan Christian Bale.

Sesuai dengan judulnya, film Ford v Ferrari garapan sutradara James Mangold ini mengangkat kisah nyata persaingan dua pabrikan mobil legendaris: Ford dan Ferrari. Tepatnya, dalam ajang balapan dan ketahanan klasik: 24 Hours of Le Mans. Yang terjadi pada 1966 silam. Oleh karena itu, di Inggris dan beberapa wilayah lainnya, film rilisan 20th Century Fox ini beredar dengan judul Le Mans ’66.

Kisah Ford v Ferrari dimulai dari salah satu tokoh ikonik dalam dunia balap: Carroll Shelby (Matt Damon). Ia pernah menjuarai ajang balap Le Mans 24 Jam pada tahun 1959. Namun, meski demikian, sayangnya, setelah kemenangannya tersebut, Shelby harus menghadapi kenyataan pahit: Ia tidak bisa melanjutkan karirnya sebagai pembalap. Karena kondisi kesehatan jantungnya bermasalah.

Akan tetapi, meski demikian, setelah pensiun, Carroll Shelby tidak bisa meninggalkan begitu saja dunia balap yang sangat dicintainya. Ia tetap melanjutkan karir sebagai perancang mobil bersama timnya: Shelby American.

Sementara itu, pada tahun 1966, salah satu perusahaan mobil terbesar dari Amerika Serikat, Ford Motor Company, sedang berekspansi untuk menaikkan penjualan mereka. Salah satu cara untuk mengangkat nama brand Ford adalah dengan mengikuti 24 Hours of Le Mans. Bagi yang belum tahu, Le Mans 24 Jam merupakan kejuaraan balap mobil sport paling bergengsi di dunia pada era 1960-an. Balapannya berlangsung sehari penuh. Sesuai dengan namanya.

Semula, Ford berniat menggandeng Ferrari dalam ajang balapan endurance Le Mans 24 Jam. Namun, meski demikian, rencana kerja sama tersebut, akhirnya, gagal total. Karena Ferrari lebih memilih untuk ber-partner dengan pabrikan mobil asal Italia lainnya: FIAT.

Merasa dipermalukan, CEO Ford Motor Company Henry Ford II (Tracy Letts) pun berang. Untuk membalas dendam, ia kemudian memerintahkan divisi balapannya: Entah bagaimana caranya, Ford harus mampu mengalahkan Ferrari dan menjuarai Le Mans 24 Jam.

Sebelumnya, Ford memang selalu kalah dari Ferrari. Yang merupakan tim motorsport legendaris dari Italia itu. Mobil balap bikinan Enzo Ferrari telah memenangkan kejuaraan Le Mans 24 Jam selama lima tahun berturut-turut. Mulai dari 1960 hingga 1964.

Wakil Presiden Ford Motor Company Lee Iacocca (Jon Bernthal) kemudian menugaskan Carroll Shelby, yang saat itu sudah menjadi desainer, untuk menciptakan sebuah mobil revolusioner yang dapat mengalahkan Ferrari. Yang memiliki mobil balap terbaik di dunia pada saat itu.

Namun, meski demikian, mobil yang bagus saja tidak cukup. Selain mobil yang cepat, untuk memenangkan sebuah balapan, juga dibutuhkan seorang pembalap yang mumpuni di balik kemudinya. Carroll Shelby kemudian merekrut sahabatnya, pembalap asal Inggris: Ken Miles (Christian Bale). Yang saat itu sedang bekerja sebagai montir di sebuah bengkel kecil.

Awalnya, banyak pihak yang meragukan Ken Miles. Sikap salah satu pembalap paling berbakat yang dikenal oleh Carroll Shelby tersebut memang slengekan, semau gue, dan sulit diatur. Namun, meski demikian, dalam soal kemampuan membalap di lintasan, Miles sangat ambisius, perhitungannya cermat, dan sangat cepat.

Kolaborasi Ken Miles dan Carroll Shelby, akhirnya, membuat tim Ford tampil solid di Le Mans. Apalagi, Shelby kemudian juga berhasil mengembangkan prototipe mobil Ford GT40 Mk. I dengan mesin yang sangat cepat dan tanpa cela. Bahkan, sampai membuat keder Ferrari yang menjadi rival utama mereka. And the rest is history..

Btw, saat diwawancarai beberapa waktu yang lalu, James Mangold mengakui, membesut Ford v Ferrari ibarat dream come true baginya. Karena sutradara Logan (2017) tersebut memang sudah ngebet untuk menggarap proyek film ini sejak 2011. Pada saat itu, harapan Mangold memang tidak kesampaian. Karena 20th Century Fox justru menawarinya untuk menangani film spin-off X-Men: Wolverine (2013). Sementara itu, proyek Ford v Ferrari sendiri diserahkan kepada sutradara Tron: Legacy (2010): Joseph Kosinski.

Dua tahun berselang, bahkan, 20th Century Fox sudah mengumumkan dua pemeran utama Ford v Ferrari. Yang sama-sama bernama besar: Brad Pitt dan Tom Cruise. Namun, meski demikian, entah kenapa, proyek yang saat itu bertitel Go Like Hell tersebut, akhirnya, batal.

Dan, selanjutnya, seperti kata pepatah, yang namanya jodoh memang tak akan ke mana. Setelah mati suri ratusan purnama, 20th Century Fox kemudian menghidupkan kembali proyek Ford v Ferrari. Dan yang mereka tunjuk sebagai sutradaranya adalah James Mangold.

Total, butuh waktu lebih dari tujuh tahun bagi James Mangold untuk mendapatkan proyek film Ford v Ferrari yang menjadi impiannya ini. Oleh karena itu, setelah meneken kontrak pada Februari 2018, ia langsung bergerak cepat dengan menggandeng Matt Damon dan Christian Bale sebagai pemeran utamanya. Proses syutingnya sendiri kemudian dimulai pada 30 Juli 2018. Dengan menghabiskan waktu selama 67 hari.

Yang menarik, meski sangat mengidamkan proyek Ford v Ferrari, James Mangold mengaku, sebenarnya, ia bukan penggemar berat mobil sport. Bahkan, dirinya tidak paham merek maupun detail mobil. Namun, meski balapan bukan cinta pertamanya, ia mengaku sangat bisa menikmati saat menontonnya.

James Mangold mengaku sangat tertarik untuk menggarap proyek Ford v Ferrari karena kisahnya berlapis. Tidak hanya melulu tentang balap mobil, tapi juga kental dengan unsur drama dan nilai-nilai keluarga. Oleh karena itu, ia menargetkan penonton dewasa sebagai pangsa pasar film ini.

Menurut James Mangold, kisah Ford v Ferrari mempunyai nilai moral yang bisa diresapi oleh siapa pun. Termasuk yang bukan penyuka balapan. Film ini adalah kisah persahabatan dan perjuangan tim. Tentang orang-orang yang berada di pit, para mekanik, pembalap, dan semuanya.

James Mangold menambahkan, membesut film biografi itu tidak mudah. Terutama, yang diangkat dari kisah nyata yang populer seperti film Ford v Ferrari ini. Karena berpotensi mengundang pro dan kontra. Bakal banyak yang membandingkan filmnya dengan cerita aslinya.

Selain dibanding-bandingkan dengan kisah nyatanya, tantangan terberat dalam menggarap biopic dengan banyak tokoh, seperti film Ford v Ferrari ini, adalah menentukan fokus. Tokoh mana yang bakal disorot atau ditonjolkan. Karena tidak mungkin semua tokoh mendapat porsi yang sama.

Setelah memilih para tokoh utama dalam Ford v Ferrari, James Mangold kemudian memasang Christian Bale dan Matt Damon sebagai dua pemeran utamanya. Alasannya karena kepribadian dua aktor tersebut ia anggap bisa mencerminkan karakter yang mereka perankan.

Christian Bale, misalnya. Menurut James Mangold, kegigihan dan sifat perfeksionis sosok Ken Miles sangat mirip dengannya. Mereka adalah ayah yang hebat, suami yang penyayang, dan teman yang luar biasa. Selain itu, keduanya juga sama sekali tidak tertarik pada popularitas.

Sementara itu, karakter Matt Damon, menurut James Mangold, sangat dekat dengan Carroll Shelby. Yang merupakan seorang juru damai yang sangat natural. Yang selalu mendengarkan dari segala sisi. Serta berusaha menyatukan suara-suara yang sebelumnya terpecah-belah.

Namun, meski demikian, menurut Matt Damon sendiri, karakternya, sebenarnya, sangat bertolak belakang dengan Carroll Shelby. Menurutnya, perancang mobil Ford Mustang yang legendaris tersebut merupakan tipikal orang yang tidak bisa kita benci. Meski ia telah melakukan hal-hal yang tidak masuk akal.

Di lain pihak, demi peran sebagai pembalap kontroversial Ken Miles, sekali lagi, Christian Bale harus melakukan diet ketat. Setelah menaikkan berat badan hingga 20 kg, untuk peran sebagai Dick Cheney dalam film Vice (2018), ia harus kembali menurunkan bobot hingga 35 kg demi peran barunya dalam Ford v Ferrari.

Menurut Christian Bale, setiap mobil balap itu dirancang demi kecepatan, bukan kenyamanan. Bagian dalamnya sempit banget. Bakal sesak jika pembalapnya berbadan besar. Oleh karena itu, bobotnya memang harus turun untuk menguruskan diri.

Namun, meski demikian, seperti kata pepatah, usaha tidak akan mengkhianati hasil. Upaya keras Christian Bale, akhirnya, berbuah manis. Sebelum dirilis secara global, Ford v Ferrari terlebih dahulu tayang di Telluride Film Festival. Di sana, para kritikus dan jurnalis, yang sudah menyaksikan skrining awalnya, memberi respon sangat positif. Bahkan, banyak yang menjagokan Ford v Ferrari bakal masuk nominasi Film Terbaik dalam ajang Oscars tahun depan. Selain itu, penampilan Christian Bale dan Matt Damon juga mendapat pujian. Mereka difavoritkan untuk masuk jajaran aktor terbaik dalam Academy Awards nanti.

Dan, hasilnya, setelah tayang di bioskop-bioskop di seluruh dunia, para kritikus pun kompak memuji Ford v Ferrari. Menurut mereka, film berbujet USD 97 juta ini menyuguhkan sebuah kilas balik yang megah. Yang dikombinasikan dengan kisah yang emosional.

Selain itu, Ford v Ferrari juga dinilai berhasil menyajikan visual vintage dengan tone yang hangat. Efek suara dan musik pengiringnya sukses menghipnotis penonton. Saat menyaksikan film ini, kita memang seolah-olah ikut hadir di tribun. Sambil ikut deg-degan. Seperti menonton balapan langsung di Le Mans.

Secara garis besar, sebenarnya, alur cerita Ford v Ferrari biasa saja. Standar. Tidak ada gebrakan yang revolusioner. Film ini merupakan film sport klasik dengan formula lawas. Yaitu, tentang perjuangan untuk mengalahkan tantangan demi mencapai garis finish. Namun, meski demikian, kisah yang terbilang sederhana tersebut mampu dieksekusi secara apik oleh sutradara James Mangold. Dengan menampilkan balapan secara utuh.

Setelah menonton film Ford v Ferrari ini, kita menjadi tahu: Kemenangan Ford dalam ajang Le Mans ’66, kala itu, tidak sekadar fenomenal, tapi juga ada kisah nyata persahabatan antara Ken Miles dan Carroll Shelby. Yang dibumbui oleh persaingan dan intrik dunia balap. Yang seru, lucu, pahit, dan tragis. Yang mana semuanya bercampur menjadi satu.

Intinya, Ford v Ferrari tidak hanya menyajikan aksi kebut-kebutan yang ditunggu oleh para fans balap, tapi juga diimbangi dengan unsur drama yang sangat kuat dan mengharukan. Film ini dijamin bakal memuaskan penonton. Bahkan, bagi yang tidak menyukai balapan sekalipun.

***

Ford v Ferrari

Sutradara: James Mangold
Produser: Peter Chernin, Jenno Topping, James Mangold
Penulis Skenario: Jez Butterworth, John-Henry Butterworth, Jason Keller
Pemain: Matt Damon, Christian Bale
Musik: Marco Beltrami, Buck Sanders
Sinematografi: Phedon Papamichael
Editing: Michael McCusker, Andrew Buckland
Produksi: Chernin Entertainment, TSG Entertainment, Turnpike Films
Distributor: 20th Century Fox
Durasi: 152 menit
Genre: Drama, Biography, History
Klasifikasi Usia: PG-13 (13+)
Budget: USD 97,6 juta
Rilis: 30 Agustus 2019 (Telluride), 15 November 2019 (Indonesia & Amerika Serikat)

Rating (hingga 18 November 2019)
Rotten Tomatoes – Tomatometer: 92% (Certified Fresh)
Rotten Tomatoes – Audience Score: 98% (Fresh)
Metacritic: 81/100
CinemaScore: A+
PostTrak: 4,5/5 (87%)
IMDb: 8,3/10
Edwin Dianto (Filmania): 8/10 (A)

***

Edwin Dianto
Pekerja Teks Komersial, Baper Blogger & Writer
E-mail: edwindianto@gmail.com
Blog: edwindianto.wordpress.com
Follow Twitter & Instagram @edwindianto & @filmaniaindo untuk info film-film terbaru.

Ulasan Film: Ford v Ferrari (2019)

One thought on “Ulasan Film: Ford v Ferrari (2019)

Leave a comment